logo Kompas.id
Nusantara”Tuno Manuk”, Ritual Adat...
Iklan

”Tuno Manuk”, Ritual Adat Keseimbangan Hidup Suku Lamaholot

Ada keyakinan teguh, wujud tertinggi akan menolong peserta upacara ini. Masuk dalam pelataran rumah adat sama dengan masuk dalam perlindungan Tuhan.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/xCpgIzhWYXKOrrtlGosDO2fvkwo=/1024x1208/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F4cab2ada-bf3e-443d-bac0-c97c464fb48e_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Ribuan peserta ritual adat duduk berbentuk lingkaran pada perjamuan adat tuno manuk, di Kampung Demondei, Flores Timur, NTT, Senin (27/9/2021). Daun pisang menurut kepercayaan nenek  moyang sebagai meja dan daun waru tempat meletakkan daging ayam sebagai piring.

Keretakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta bagi suku Lamaholot adalah sebuah kegagalan. Memulihkan hubungan itu digelar ritual tuno manuk, membangun keseimbangan hidup. Setiap kaum laki-laki mempersembahkan satu ayam jantan, simbol dewa langit. Ayam ini dipersembahkan di rumah adat korke, tempat Tuhan bersemayam.

Bunyi gong dan gendang pertama ditabuh ketua adat, dilanjutkan oleh lima kepala suku dan anak-anak muda di Kampung Demondei, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Bunyi musik leluhur ini pertanda upacara tuno manuk segera dimulai.

Editor:
nelitriana
Bagikan