logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊProduksi Tenun Ikat Masuk...
Iklan

Produksi Tenun Ikat Masuk Sekolah di NTT, Bahan Baku Kapas Jadi Kendala

Untuk melestarikan budaya tenun ikat, semua sekolah SMA sederajat di NTT diwajibkan menjadikan produksi tenun ikat sebagai muatan lokal. Namun, pemerintah diingatkan agar memperhatikan ketersediaan bahan baku kapas.

Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uv0LvqrR3N5o-dPT5UlrgNct4bg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F6caeb0cb-739f-498d-a869-ddb1ae031351_jpg.jpg
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Motif tenun dibentuk berdasarkan formasi tertentu dengan cara diikat menggunakan tali rafia, seperti di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (22/7/2021). Selanjutnya kain itu direndam menggunakan pewarna alami.

KUPANG, KOMPAS β€” Sejumlah sekolah menengah atas atau sederajat di Nusa Tenggara Timur mulai mengajarkan cara menenun bagi para siswa di sekolah. Pihak sekolah melibatkan warga setempat sebagai mentor. Langkah ini diambil untuk melestarikan budaya tenun ikat yang kian tergerus modernitas.

Thomas Alfa Edison, Kepala SMA Negeri 1 Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, lewat sambungan telepon, Jumat (24/9/2021), menuturkan, sejak awal tahun pelajaran 2021/2022, siswa sekolah itu telah menenun sekitar 50 lembar kain tenun. Setiap kain berukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan