logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊTuah Tas-tas Kriya Serat Daun ...
Iklan

Tuah Tas-tas Kriya Serat Daun Nanas Bolaang Mongondow

Inovasi tas-tas rajut setelah 60 tahun kebun nanas dibudidayakan di Passi Barat, Bolaang Mongondow. Limbah dauna diolah menjadi karya seni yang menambah penghasilan para ibu rumah tangga.

Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/jb7YPuiMjFHiesChe9o01jiGuwY=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F48d37972-9851-4041-bd5c-9ad3085571b5_jpg.jpg
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Felni Mokodompit (36) menata tas-tas jinjing berbahan dasar serat daun nanas di Lembaga Kesejahteraan Sosial Morobayat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Kamis (9/9/2021).

Enam dekade terakhir Kecamatan Passi Barat di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, berbangga diri dengan keberlimpahan nanas madu nan manis di Bumi Totabuan itu. Namun, selama itu pulalah setiap helai daun nanas hanya berakhir jadi limbah. Kini, sekelompok warga berhasil mengendus potensi ekonomi serat daun, menjadikannya seni kriya berupa tas anyaman yang cantik.

”Luas perkebunan nanas di Passi Barat 481 hektar. Bayangkan sendiri seberapa banyak panennya. Tetapi, setiap panen raya, harga nanas selalu anjlok dari normalnya Rp 10.000 per biji menjadi Rp 2.000 per dua biji,” kata Sofyanto Mamonto dalam perjalanan 14 kilometer menuju Desa Muntoi Timur dari Kotamobagu, Kamis (9/9/2021) siang.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan