logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSimalakama Industri Logam,...
Iklan

Simalakama Industri Logam, Jadi Pemenang atau Pecundang

Industri logam menghadirkan dilema bagi warga di Kabupaten Tegal, Jateng. Bagai buah simalakama, meski mengangkat ekonomi, lokasi-lokasi pengecoran logam juga menghasilkan limbah berbahaya yang menggerus kualitas hidup.

Oleh
KRISTI UTAMI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/AtDXmTeu8Zjx3E8HAk_FJxHVBas=/1024x699/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Fbc17680d-ca80-4318-b717-93bd3bc8ff46_jpg.jpg
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI

Perajin membuat kerangka kubah masjid di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/4/2021). Menjelang Ramadhan, pesanan kubah masjid yang diterima satu perajin meningkat dari satu hingga dua kubah per bulan menjadi lima-enam buah per bulan. Harga kubah masjid beragam mulai, Rp 600.000-Rp 300 juta per buah.

Sekian lama industri logam telah menghadirkan dilema bagi warga di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Meski mengangkat derajat hidup masyarakat, lokasi-lokasi pengecoran logam juga menghasilkan limbah berbahaya yang menggerus kualitas hidup mereka.

”Air-air! Airnya Bu, airnya Pak!” seru penjual air keliling. Suara itu langsung disambut oleh langkah tergesa dari kaki Syuud (40), warga Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, suatu pagi, akhir Juni lalu.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan