logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPrahara Perebutan Takhta...
Iklan

Prahara Perebutan Takhta Keraton Kasepuhan Cirebon

Keributan di Keraton Kasepuhan Cirebon harusnya tidak berlarut-larut. Menggali nilai baik keraton pada era digital ini lebih penting ketimbang memelihara perselisihan tak berujung.

Oleh
Abdullah Fikri Ashri
Β· 1 menit baca

Perebutan takhta Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, berujung ricuh. Kejadian itu tidak hanya merusak sejumlah fasilitas, tetapi juga menodai marwah keraton berusia ratusan tahun itu. Padahal, leluhur Cirebon sejak lama menitipkan pesan agar penerusnya selalu menghindari pertikaian.

https://cdn-assetd.kompas.id/EIB4j0HqPQNI2Eohdo9uqYz15Tw=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Fd8610cd3-9247-48cc-ab3d-4dbc6a1991e0_jpg.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Mobil polisi berjaga di Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/8/2021). Mereka bersiaga untuk mencegah kericuhan berulang. Aksi saling lempar batu terjadi pada Rabu siang setelah Sultan Sepuh Aloeda II RH Rahardjo Djali menggelar pelantikan perangkat Kasultanan Kasepuhan Cirebon.

Batu-batu masih berserakan di depan Jinem Pangrawit dalam Kompleks Keraton Kasepuhan, Rabu (25/8/2021) sore. Sejumlah pot bunga pecah dan tong sampah rusak. Sebuah kursi kayu terbalik di atas rumput. Puluhan polisi dan TNI bersiaga.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan