logo Kompas.id
โ€บ
Nusantaraโ€บHidup dan Mati di Lereng...
Iklan

Hidup dan Mati di Lereng Merapi

Tinggal di lereng Merapi menjadi pilihan banyak orang. Kesuburan tanah menjadi salah satu alasannya. Akan tetapi, saat erupsi terjadi, tidak ada pilihan lain selain mengungsi. Erupsi 15 tahun silam mengajarkan hal itu.

Oleh
LUCKY PRANSISKA
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/m0oBuZT0T0NGMQIFNE2FUDCh6HY=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F20060615UKI3_1592671115.jpg
Kompas

Aktivitas Merapi saat mengeluarkan awan panas, Kamis (15/6/2006). Guguran awan panas mengharuskan petugas SAR saat itu menunda proses evakuasi dua orang yang tinggal di dalam bunker.

Sampai menginjak usia 16 tahun pada tahun 2010, Endah Fri Utami tidak pernah memiliki ingatan bahwa awan panas Gunung Merapi akan sampai ke rumahnya di Dusun Bronggang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Meskipun beberapa kali ikut mengungsi saat erupsi, Endah dan keluarga masih yakin kalau mereka akan terhindar dari terjangan material Merapi bersuhu 500 derajat Celcius.

Ketika Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta  erupsi pada tahun 2006, Endah dan keluarga mengungsi ke SMP Negeri 1 Kalasan yang berjarak 12,7 kilometer dari rumah. Adapun kediaman Endah berjarak sekitar 13 kilometer dari puncak gunung.

Editor:
agnesrita
Bagikan