logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊDi Surabaya, Lebih dari 6.000 ...
Iklan

Di Surabaya, Lebih dari 6.000 Keluarga Buang Air Besar Sembarangan

Berusia 728 tahun, Surabaya masih menghadapi masalah dasar, yakni sanitasi masyarakat, karena lebih dari 6.000 keluarga tidak punya jamban atau berkategori buang air besar sembarangan.

Oleh
AMBROSIUS HARTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8a91nIkTBomGbqyghT1TU3wwGBA=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F20210530bro-jamban1_1622373167.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Jamban yang baru selesai dibangun di bawah lantai rumah warga eks lokalisasi Dolly di RT 004 RW 012 Putat Jaya, Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/5/2021). Pembangunan jamban merupakan bagian dari program kemitraan masyarakat oleh UK Petra, Appsani, dan aparatur Putat Jaya.

SURABAYA, KOMPAS β€” Meski berkategori metropolitan dan kota terkemuka kedua di Indonesia, Surabaya, Jawa Timur, yang berusia 728 tahun pada Senin (31/5/2021), masih menghadapi masalah mendasar, yakni perilaku hidup masyarakat. Lebih dari 6.000 keluarga atau setara dengan 24.000 jiwa tidak memiliki jamban atau penampungan kotoran sehingga masuk dalam kategori buang air besar sembarangan.

Di Surabaya, nyaris tiada lagi atau hampir tidak ditemukan warga yang buang air besar di kali, sungai, atau saluran air. Setiap bangunan, terutama rumah hunian, memiliki kakus atau tempat buang air. Namun, dalam catatan Asosiasi Pengelola dan Pemberdayaan Sanitasi Indonesia (Appsani), ada lebih dari 6.000 keluarga tidak memiliki jamban atau penampungan kotoran. Artinya, limbah rumah tangga, termasuk tinja, dibuang ke sungai melalui jaringan saluran di perkampungan.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan