logo Kompas.id
NusantaraTragedi Sate Beracun, Pupusnya...
Iklan

Tragedi Sate Beracun, Pupusnya Angan yang Berganti Dendam

NA diketahui pernah mengaku telah menikah siri dengan Tomi. Mereka juga membeli sebuah rumah. Psikolog mencermati, amarah yang membutakan nurani NA dipicu angannya meningkatkan status sosial yang pupus.

Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/BGmRapkgMZSJn9aMgyyrVi2y8uk=/1024x579/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F3276d9ea-2b6b-405a-b4bb-dcfe1fd4199a_jpg.jpg
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

NA (kedua dari kiri), pengirim takjil sate beracun, dalam jumpa pers di Markas Polres Bantul, Kabupaten Bantul, DIY, Senin (3/5/2021). NA akan mengirimkan sate beracun kepada mantan kekasihnya bernama Tomi. Nahasnya, paket sate beracun justru dimakan NB (10), anak pengemudi ojek yang diminta NA mengirimkan paket tersebut.

Angkara membutakan nurani NA. Pupusnya kisah cinta berujung kesumat yang menggiringnya pada aksi nekat. Janji dinikahi pupus setelah sang kekasih memilih menyunting wanita lain. Paket ”dendam” yang dikirim justru salah sasaran dan mengantarnya ke jeruji penjara.

NA (25) berjalan gontai saat dihadapkan dalam gelar kasus sate beracun yang menewaskan NB (10) di Markas Kepolisian Resor Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (3/5/2021). Tatapan matanya kosong saat digiring dua polisi. Kepalanya terus tertunduk. Saat ancaman hukuman mati disebut dalam kasus yang menjeratnya, sekujur tubuhnya sekejap lemas. Sampai-sampai, polisi yang mengapitnya mesti memegangi lengan perempuan berambut panjang itu.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan