logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSerat Abaka Talaud Luput dari ...
Iklan

Serat Abaka Talaud Luput dari Perhatian

Abaka yang berguna sebagai bahan baku tekstil dan bahkan uang kertas asing potensial dikembangkan di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Namun sampai saat ini belum tergarap optimal.

Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hSaWEKzu9znjLsz8zkqQjBJTcW4=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FEBD81B24-3D38-48BA-A329-D643A9B8197E_1585040321.jpeg
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Ilustrasi: Tampak Pulau Miangas di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, dari ketinggian bukit, Jumat (6/3/2020). Sebagian besar Pulau Miangas ditumbuhi pohon kelapa dan tumbuhan lain seperti laluga, semacam talas yang dapat dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat.

MANADO, KOMPAS – Petani pisang abaka di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, mengeluhkan perhatian pemerintah yang kurang terhadap pengembangan komoditas serat abaka yang berguna sebagai bahan baku tekstil dan bahkan uang kertas asing. Ketersediaan bahan baku dan keterampilan mengolahnya masih sangat terbatas.

Keluhan ini datang salah satunya dari Jufri Animan, petani pisang abaka (Musa textilis) dari Kecamatan Essang, Kepulauan Talaud. Ia memiliki kebun pisang abaka seluas 2 hektar yang ditumbuhi sekitar 6.000 batang tanaman. Ketika panen setiap empat bulan, satu batang bisa menghasilkan 1 kilogram serat abaka. Sekali waktu, panen bisa mencapai 3 ton.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan