logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPrapenempatan Pekerja Migran...
Iklan

Prapenempatan Pekerja Migran Indonesia Menjadi Awal Persoalan

Niat calon pekerja migran Indonesia bekerja di luar negeri untuk mendapatkan upah tinggi kerap tidak sesuai harapan. Mereka tergiur janji manis calo yang merekrut ke desa-desa.

Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA/PANDU WIYOGA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/3yUwsOyqZ48_OXiMet6Wqyv4m2s=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2FWhatsApp-Image-2020-11-23-at-16.27.18-2_1606127202.jpeg
KOMPAS/ZULKARNAINI

Pekerja migran asal Aceh yang hilang kontak selama dua tahun akhirnya dipulangkan ke Aceh, Senin (23/11/2020). Keluarga menyambut dengan bahagia dan haru kepulangan mereka.

JAKARTA, KOMPAS β€” Sengkarut masalah yang menjerat pekerja migran Indonesia terjadi di daerah asal sejak fase prapenempatan. Banyak oknum bergentayangan ke daerah miskin mengelabui warga dengan janji manis upah tinggi bekerja di luar negeri. Ada yang beruntung bekerja dengan upah dan kondisi kerja baik, tetapi tak sedikit yang terjebak upah murah.

Amin Shabana, peneliti Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam webinar pada Jumat (5/3/2021) malam, memaparkan hasil penelitian selama tiga tahun terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia dan Hong Kong, yang banyak berasal dari Sumbawa dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) serta Cirebon (Jawa Barat). Penelitian menyangkut pola komunikasi dalam jaringan pekerja migran Indonesia di luar negeri dengan keluarganya di Tanah Air. Dari tiga daerah sampel penelitian, Pulau Lombok paling banyak mengirimkan pekerja migran ke Malaysia, tempat banyak masalah terjadi sejak dari prakeberangkatan.

Editor:
hamzirwan
Bagikan