Jalan kampung sepi oleh lalu-lalang warganya. Sebelah kanan jalan beton adalah deretan rumah warga, sementara sebelah kiri adalah kubur batu. Beberapa langkah dari jalan beton, sejumlah lelaki bercengkerama sambil duduk bersila di beranda rumah. Matahari yang sudah mulai naik membuat warga lebih nyaman duduk ataupun bekerja di beranda rumah.
Tak jauh melangkah, Mama Adriana cekatan merampungkan tenun ikat di Kampung Adat Prailiu, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhir April 2019. Ia tak hanya membuat tenun ikat yang harganya bisa mencapai jutaan, tetapi juga kerajinan tangan lainnya yang berbahan dasar utama dari tenun ikat, seperti anting-anting, gelang, dan kalung yang dijual mulai Rp 50.000 hingga Rp 300.000. Selain memberi nilai tambah penghasilan, modifikasinya juga menjadi incaran wisatawan karena bentuknya yang unik.
Baca Juga: Ginza, Surganya Pejalan Kaki