logo Kompas.id
NusantaraMenjadi ”Korban” Saat Liputan ...
Iklan

Menjadi ”Korban” Saat Liputan Bencana

Karena kerja jurnalistik pertama-tama adalah pekerjaan tangan dan kaki, kehati-hatian menjaga gerak fisik sangat diperlukan. Pemahaman ini yang saya sadari ketika meliput bencana longsor di Bukit Segebruk, Magelang.

Oleh
REGINA RUKMORINI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/q0KgQbtuQFlId85GX24piR9qjVI=/1024x667/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F6d4be37d-d2ef-4a10-9001-d2dff9fb106f_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Tim SAR mengevakuasi jenazah warga pada hari ketiga pencarian korban longsor di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Selasa (16/2/2021). Pada hari ketiga pasca-longsor, 10 warga masih dalam pencarian.

Hujan ekstrem yang belakangan terjadi dan menimbulkan bencana banjir dan longsor di berbagai wilayah selalu mengingatkan saya pada pengalaman lampau. Pengalaman meliput longsor yang memberi penegasan pentingnya bersikap hati-hati.

Karena kerja jurnalistik pertama-tama adalah pekerjaan tangan dan kaki, maka kehati-hatian menjaga gerak fisik sangat diperlukan. Pemahaman inilah yang saya sadari ketika meliput bencana longsor di Bukit Segebruk, Desa Tanjungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/2/2007).

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan