logo Kompas.id
NusantaraLuka dan Asa Penyintas Teror...
Iklan

ADAPTASI KASIH

Luka dan Asa Penyintas Teror Bom Samarinda pada Malam Pergantian Tahun

Mereka berupaya membangkitkan optimisme anak agar daya hidup terus tumbuh seiring tahun berganti, meski negara tak memberi bantuan penuh.

Oleh
SUCIPTO
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/l-ZS5uAB64tm04Vp2G461-PO1ss=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F0f350ffe-9eb5-4a76-8049-ae43af521ae2_jpg.jpg
KOMPAS/SUCIPTO

Jemari mungil yang menyisakan luka bakar Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (8) menggenggam tangan ayahnya, Hoddiman Sinaga (44) dan ibunya Marsyana Tiur Novita Sagala (43) di rumahnya di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (23/12/2020). Alvaro adalah korban aksi teror bom di Gereja Oikumene Samarinda. Ia menderita luka bakar di tangan, kepala, dan leher.

Para penyintas pengeboman di Gereja Oikumene Samarinda melewati empat akhir tahun dengan tak mudah. Keluarga sudah memaafkan pelaku dan apa yang terjadi. Mereka berupaya membangkitkan optimisme anak agar daya hidup terus tumbuh seiring tahun berganti, meski negara tak memberi santunan penuh.

Alvaro Aurelius Tristan Sinaga duduk tersenyum sambil memainkan drum elektrik di kamarnya. Dengan setelan kaus dan celana kuning, bocah berusia delapan tahun itu tampak percaya diri memainkan alat musik kegemarannya.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 0 dengan judul "Mereka Telah Memaafkan dan Kini Bangkit".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan
Memuat data...