logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSebanyak 160 Rumah Tangga...
Iklan

Sebanyak 160 Rumah Tangga Penyintas Bencana di Palu Pilih Relokasi Mandiri

Penyintas memilih relokasi mandiri dengan berbagai pertimbangan, mulai dari alasan sosial-budaya, ekonomi, hingga jaminan kualitas konstruksi. Metode ini ditawarkan untuk menampung keinginan sejumlah penyintas.

Oleh
VIDELIS JEMALI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/K71BwYnB5yBWqH7HSOjZXA0IPZQ=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F50b7a653-d8ea-458d-89d6-9a176fcc9071_JPG.jpg
KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Sejumlah rumah atau hunian tetap yang berbentuk panggung terlihat di Kelurahan Mamboro Barat, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (27/11/2020). Hunian tetap untuk para nelayan penyintas gempa dan tsunami tersebut bagian dari skema relokasi mandiri yang difasilitasi lembaga swadaya masyarakat.

PALU, KOMPAS β€” Sebanyak 160 rumah tangga penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi tahun 2018 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, memilih relokasi mandiri. Cara ini menjadi jalan tengah mengakomodasi berbagai aspirasi penyintas, mulai dari sosial-budaya, mata pencarian, hingga jaminan kualitas konstruksi rumah.

Secara keseluruhan, rumah rusak karena bencana dua tahun lalu mencapai 110.000 unit. Pemerintah merelokasi tak kurang dari 11.000 rumah tangga penyintas.

Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan