FotografiFoto CeritaCerita Bajak Manusia dari...
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko

Cerita Bajak Manusia dari Dusun Salam

Kini, kegiatan bajak manusia di Dusun Salam tidak lagi dijalankan dan hanya menjadi bagian dari sejarah masyarakat setempat.

Oleh
Ferganata Indra Riatmoko
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/cbHcBr-mzo2lmnrNPiJ8UjBK0VM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2Fc9343acc-84f9-4e7e-a189-9574c7b4e396_jpg.jpg
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko

Mengerahkan Tenaga

”Herrr... jakkk...,” seru Sujiyono (65) sembari memegang erat kendali bajak yang digunakan untuk mengolah sawah di Desa Temuwuh, Salam, Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (11/12/2012). Seruan her dan jak merupakan kode yang biasa digunakan petani untuk mengendalikan laju sapi penarik bajak agar berbelok ke kiri atau ke kanan.

Namun, seruan pagi itu bukan ditujukan kepada sapi penarik bajak, melainkan untuk enam pria yang sedang mengerahkan tenaga untuk menarik bajak yang dikendalikan Sujiyono. Mendengar seruan itu, para pria penarik bajak tersebut selanjutnya mengerahkan tenaga mereka ke arah kiri maupun kanan agar alur yang tercipta oleh mata bajak yang mereka tarik dapat tercetak rapi.

Memuat data...
Memuat data...