SOSOK
Eklin Amtor de Fretes, Menembus Sekat Segregasi dengan Dongeng
Konflik sosial yang memorakporandakan Maluku sekitar dua dekade silam menyeret banyak orang tumbuh dalam lingkungan dan pemikiran segregatif. Eklin Amtor de Fretes (28) bertekad meretas sekat segregasi itu.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2Fc8e3703e-ee45-486f-a01e-1e86a080bce1_jpg.jpg)
Eklin Amtor de Fretes di rumah dongeng, Kota Ambon, Maluku, pada Senin 23 November 2020.
Konflik sosial bernuansa agama yang memorakporandakan Maluku sekitar dua dekade silam menyeret banyak orang tumbuh dalam lingkungan dan pemikiran segregatif. Eklin Amtor de Fretes (28), korban konflik, mengajak anak dan para remaja meruntuhkan sekat segregasi lewat media dongeng damai..
Saat konflik sosial berkecamuk tahun 1999, Eklin baru berusia tujuh tahun. Ia bersama keluarga terpaksa meninggalkan rumah, tempat ia dilahirkan di Masohi, Kabupaten Maluku Tengah. Mereka mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri, sekaligus memulai hidup baru. karena tak mungkin bisa kembali ke rumah. Konflik telah merampas masa kecilnya, menjauhkan ia dari teman sebaya, dan memaksanya hidup dalam lingkungan yang segregatif.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 16 dengan judul "Meretas Segregasi dengan Dongeng".
Baca Epaper Kompas