logo Kompas.id
NusantaraLima Jam ”Blusukan” di...
Iklan

Lima Jam ”Blusukan” di Banjoemas Lama

Kota Banyumas memiliki kota tua, tidak hanya Kota Semarang yang telah dikenal wisatawan.

Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/QTaetufrZeYzF0xobmy2icdlkYs=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2Fdf758280-4ff5-4ca6-bcb1-32936b7c2b50_jpg.jpg
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Sebuah foto lawas dengan suasana terbaru di sekitar Pasar Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (17/10/2020). Wisatawan menyusuri kota lama dalam wisata sejarah bertajuk ”Banjoemas Heritage Walk”.

Terik mentari yang menyengat siang itu menyambut langkah 34 pengunjung dari rombongan biro wisata Milangkori. Air sisa hujan kemarin menggenang di sejumlah titik. Jejak basahnya juga menempel pada lumut di tembok-tembok sejumlah rumah berasitektur kolonial. Semilir angin dingin menerbangkan memori ke masa berpuluh tahun silam.

Perjalanan wisata bertajuk ”Banjoemas Heritage Walk” dimulai dari titik kumpul di sebuah kafe bernama Kedai Yammie 1001 Banyumas. Hendra Christianto (44), pemilik kafe, menyampaikan, rumah ini dibangun sekitar tahun 1860. Leluhurnya, yaitu Tjhie Bing Tjiaw, adalah saudagar batik dan juga seorang kapiten Tionghoa di Banyumas, Jawa Tengah. Di teras depan rumah, peserta melakukan daftar ulang, dicek suhu tubuhnya, sekaligus santap siang sebelum mengawali tur berdurasi sekitar lima jam hingga petang tiba.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan