logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊHajatan "Eyang" Merapi, Antara...
Iklan

Hajatan "Eyang" Merapi, Antara Kearifan Lokal dan Adaptasi Mitigasi

Mengungsi bukan hal sederhana dalam keyakinan warga Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Memaknai Gunung Merapi sebagai alam yang diagungkan, mereka bergumul dalam kelindan kerarifan lokal dan ilmu pengetahuan.

Oleh
MELATI MEWANGI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/23gs-sZLikm4LYm-jKHdIMvUwAg=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F9cda4a47-1c16-40bc-af61-ea7c717ed22c_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Seorang sesepuh desa berkeliling untuk mengajak warga agar mau mengungsi dari Dusun Sumber, Desa Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Warga kategori rentan di permukiman yang berjarak sekitar tiga Kilometer dari puncak Gunung Merapi itu mulai diungsikan untuk mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa akibat erupsi gunung itu. Upaya mitigasi bencana di sejumlah kawasan rawan bencana di sekeliling Gunung Merapi ditingkatkan pasca-kenaikan status gunung itu menjadi Siaga.

Pergi mengungsi bukan hal sederhana dalam keyakinan budaya Jawa warga Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Memaknai Gunung Merapi sebagai bagian alam yang diagungkan, mereka bergumul dalam kelindan kearifan lokal dan ilmu pengetahuan modern.

Marwoto, kepala Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, mulai cemas saat masih banyak warga di Dusun Sumber, satu dari empat dusun zona bahaya erupsi Gunung Merapi enggan mengungsi meski sosialisasi sudah disampaikan. Padahal, status gunung api tersebut sudah dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak Kamis (5/11/2020). Selain Sumber, dusun lain yang masuk zona rawan bahaya yakni Klakah Nduwur, Bangunsari, dan Bakalan.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan