logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊApatisme di antara Hidup dan...
Iklan

Apatisme di antara Hidup dan Mati Bersama Covid-19

Enam bulan hidup bersama pandemi Covid-19, kegawatan belum juga reda. Sebaliknya, dampak ketidakdisiplinan pada protokol kesehatan muncul dalam kenaikan jumlah kasus dan kefatalan.

Oleh
GESIT ARIYANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yzuN7zZr0Xy_vopKfYInujW2bYg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200901RON13_1598969073.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Seorang warga terjaring razia Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bogor saat menggelar operasi bagi warga yang tidak mengenakan masker di Jalan Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/9/2020).

Sejak kemunculan Covid-19, Maret lalu, entah berapa istilah dan singkatan muncul di tengah masyarakat. Sebut saja Covid-19, rapid test, tes cepat, tes swab, lockdown, isolasi mandiri, PSBB, PCR, ODP, PDP, OTG, AKB, komorbid, dan positivity rate, suspek, dan probable. Panjang deretnya, sepanjang kasus penularan di Tanah Air yang entah kapan akan terhenti.

Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 29 Agustus pukul 12.00, dari total 514 kabupaten dan kota, hanya 71 kab/kota yang tidak terdampak atau tidak ada kasus baru. Adapun 31 kab/kota masuk kategori risiko tinggi, enam di antaranya di Kalimantan Selatan dan lima di DKI Jakarta, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan