logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPembatik Yogyakarta dan Solo...
Iklan

Pembatik Yogyakarta dan Solo Tak Risau dengan Klaim Batik Berasal dari China

Munculnya klaim yang menyebut batik berasal dari China tak perlu ditanggapi secara berlebihan. Namun, munculnya klaim itu harus menjadi momentum agar pemerintah memberi perhatian lebih besar pada pengembangan batik.

Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/89-TCGc1gpnycmFyymEQXVDKEf8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F877131bf-9b2b-4265-a79f-fb906496de2a_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Iwan Setiawan meniup malam pada canting yang digunakan untuk menghasilkan karya batik lukis di Batik Elok, Kampung Tamansari, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Senin (17/2/2020).

YOGYAKARTA, KOMPAS β€” Sejumlah perajin dan pengusaha batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Solo, Jawa Tengah, tak merasa risau dengan klaim yang menyebutkan bahwa batik merupakan kerajinan yang berasal dari China. Hal ini karena batik asal Indonesia dinilai mempunyai sejumlah kelebihan dan telah dikenal secara luas di dunia internasional.

Tanggapan semacam itu antara lain disampaikan para pembatik di Kampung Batik Tulis Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan