logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊDeras Tetesan Nira di Tengah...
Iklan

Deras Tetesan Nira di Tengah Badai Korona

Popularitas gula aren naik daun seiring menguatnya gerakan budidaya organik. Terlebih di tengah pandemi Covid-19, tetesan air nira menopang rezeki para perajin gula aren.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/82-Sm0T1pJ1vFJSq2b4Vjov5uP8=/1024x688/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F9585e9ad-5ee5-462e-8af2-1d9b6624d787_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Senen (46) memasak air nira menjadi gula aren di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Selasa (28/4/2020). Pesanan gula aren melonjak selama Ramadhan dan Lebaran ini sehingga menambah rezeki bagi petani.

Badai korona tak mampu menggoyahkan petani enau. Selama masa Ramadhan hingga Lebaran lalu, pamor gula aren bahkan melambung, mendorong pencarian pohon-pohon enau liar di hutan untuk disadap.

Senen (46), petani enau di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, pun bersyukur tahun ini masih dapat memanfaatkan delapan batang enau (Arenga pinnata Merr). Air yang terus menetes dari tandannya mengalirkan rezeki di tengah keluarga. Hasilnya, sejak pagi hingga malam, wajan dapat terus memasak nira.

Editor:
aufrida wismi
Bagikan