logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊPenolakan yang Mengoyak Rasa...
Iklan

Penolakan yang Mengoyak Rasa Kemanusiaan

Penolakan pemakaman jenazah pasien terkait Covid-19 terus berulang. Kali ini semakin mengoyak rasa kemanusiaan karena menimpa seorang perawat yang berada di garda terdepan penanganan kesehatan di masa pandemi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5pv5eWzWrwQxM0oaYlpwSgM8eF8=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F417ba5b5-17e5-499a-9839-64c74637a264_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Perawat siap bekerja melayani pasien Covid-19 di 11 rumah sakit rujukan di Nusa Tenggara Timur. Namun, mereka butuh alat pelindung diri yang memadai sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan.

Kepala daerah, tokoh agama, hingga ahli kedokteran berulang kali bersuara senada, pengurusan dan pemakaman jenazah terkait virus korona aman selama dilaksanakan sesuai dengan protokol. Sayang, pemberian stigma dan penolakan masih terjadi. Ironisnya, menimpa mereka yang berada di garda terdepan penanganan kesehatan.

Belum genap dua pekan penolakan pemakaman jenazah dengan indikasi Covid-19 di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berlalu, hal serupa terjadi. Sekelompok warga menolak pemakaman jenazah di tempat pemakaman umum Sewakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kamis (9/4/2020).

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan