logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSaat Andong Pak Kusir Kian...
Iklan

Saat Andong Pak Kusir Kian Tersingkir

Andong pernah menjadi moda transportasi penumpu aktivitas warga di Pulau Jawa. Seiring masa, putaran rodanya melambat, tersingkir di antara kencangnya moda-moda lain. Namun, para kusir beradaptasi agar terus bertahan.

Oleh
Regina Rukmorini/Erwin Edhi Prasetya/Aditya Putra Pradana/Nino Citra Anugrahanto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hKpHJn9R6ZJMJH8Pl3Tv03dofH8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FAndong-di-Jalan-Malioboro_88484900_1585662694.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Kusir andong menanti penumpang di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (27/2/2020). Alat transportasi tradisional itu kini lebih banyak digunakan untuk sarana pesiar wisatawan.

Sarjono (48) bersandar santai di jok andongnya sambil memandangi lalu lalang orang di depan Pasar Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (31/1/2020). Hingga tengah hari, ia belum sekali pun membawa penumpang. Tiga puluh tahun menjadi kusir, lamunannya terbang ke masa jaya andong.

”Tahun 1980-an sampai 1990-an, tiap hari saya kerja dari pukul tujuh pagi sampai menjelang sore enggak berhenti. Ngantar ibu-ibu pulang dari pasar bolak-balik,” tutur warga Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, itu penuh semangat.

Editor:
Bagikan