logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊNestapa Pelajar dan Pembatik...
Iklan

Nestapa Pelajar dan Pembatik Pekalongan akibat Banjir

Banjir bertubi awal tahun ini membuat aktivitas pelajar dan usaha batik warga di Pekalongan terganggu. Sebuah fakta betapa kita semua tak mampu menghadapi bencana. Penanggulangan dan antisipasi dini didorong dilakukan.

Oleh
KRISTI UTAMI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/r7BMlqgv7FhP4jkOJfvhJoNi3c8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2FDSC06402_1582889282.jpg
KOMPAS/KRISTI UTAMI

Warga Desa Karangjompo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, membawa kain batik yang belum diwarnai di tengah banjir, Jumat (28/2/2020). Aktivitas perwarnaan batik terhambat akibat banjir.

Hujan lebat yang terjadi sejak awal tahun membuat beberapa sungai besar di kawasan pesisir pantai utara bagian barat Jawa  Tengah meluap. Di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, misalnya, dalam waktu kurang dari tiga bulan setidaknya empat kali banjir merendam sebagian besar wilayah tersebut. Bencana tersebut menyisakan kenestapaan dalam kehidupan pelajar dan pekerja batik di dua wilayah tersebut.

Nestapa dialami warga SMP Negeri 3 Tirto, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Hingga Sabtu (7/3/2020) kegiatan belajar-mengajar dialihkan ke Masjid Jami Annur Tirto karena banjir yang merendam sekolah mereka sejak dua pekan lalu belum surut. Sebelumnya, ketinggian air di sekolah tersebut mencapai 1 meter. Adapun ketinggian air pada Sabtu pagi masih sekitar 30 sentimeter (cm).

Editor:
nelitriana
Bagikan