logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKisah Nelayan Udang Jambi...
Iklan

Kisah Nelayan Udang Jambi Terpuruk di Tengah Pandemi

Primadona hasil tangkapan nelayan pesisir timur Jambi tak lagi disandang udang mantis (Harpiosquilla raphidea). Dua bulan terakhir, harga komoditas yang sempat melangit itu ambruk ke titik terendah. Nyaris tak bernilai.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Nuirz5i0olkDoGcuIuTjAUsdbGQ=/1024x497/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F7f408d12-5526-4d42-8bc5-8b82d6c77f5d_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Hasil tangkapan udang belalang asal Kampung Nelayan, Kecamatan Tungkal Ilir, Tanjung Jabung Barat, Jambi, yang selama ini diekspor ke China terhenti akibat terputusnya lalu lintas ke negara itu. Tampak udang di gudang agen di wilayah itu belum dapat dikirim karena permintaan terputus, Kamis (13/2/2020).

Primadona hasil tangkapan nelayan pesisir timur Jambi tak lagi disandang udang mantis (Harpiosquilla raphidea). Dua bulan terakhir, harga komoditas yang sempat melangit itu ambruk ke titik terendah. Nyaris tak bernilai.

Udang mantis dengan ukuran panjang 30 sentimeter biasanya dihargai Rp 200.000 per ekor, kini anjlok menjadi hingga Rp 5.000. Hasil tangkapan yang biasanya selalu habis dipasarkan, kini melimpah di kolam penampungan karena tak diserap pasar.

Editor:
aufrida wismi
Bagikan