logo Kompas.id
NusantaraKisah Shelter Merana di...
Iklan

Kisah Shelter Merana di Pesisir Selat Sunda

Pandeglang, Banten, adalah daerah terdampak tsunami Selat Sunda terparah pada akhir 2018. Setahun berlalu, mitigasi tsunami di wilayah ini belum berjalan. Padahal, pesisir Pandeglang masih rentan dari ancaman tsunami.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/KELVIN HIANUSA/HARRY SUSILO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2fgUX0H2RnQgaHx9Wmit7i77Myw=/1024x735/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FDSCF6108_1577011947.jpg
KOMPAS/KELVIN HIANUSA

Anak-anak bermain sepak bola di bangunan evakuasi atau shelter tsunami Labuan Kabupaten Pandeglang, Banten. Gedung itu tampak terbengkalai saat dikunjungi pada Senin (21/12/2019). Masyarakat sekitar sudah memahami fungsi shelter tersebut. Namun, masyarakat masih tidak yakin naik ke gedung shelter saat terjadi gempa karena bangunan yang tidak terurus.

Sinar matahari mulai meredup saat ”Lampard” menggiring bola. Bukan di lapangan hijau, melainkan di dalam bangunan beralaskan tegel. Seusai mengecoh lawan yang menghadang, sepakan kerasnya berhasil menembus batas gawang yang ditandai dengan dua buah sandal.

”Gol!” teriaknya seusai mencetak gol, Sabtu (21/12/2019) sore. Tentu saja yang berteriak bukanlah Frank Lampard. Adalah Tegar yang mengenakan kostum sepak bola tim Chelsea berwarna biru bertuliskan ”Lampard” di bagian punggung. Bersama sejumlah temannya, Tegar asyik bermain sepak bola di lantai dua bangunan evakuasi (shelter) tsunami di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Editor:
Harry Susilo
Bagikan