logo Kompas.id
โ€บ
Nusantaraโ€บSelimah, Sang Mangku Nyale
Iklan

Selimah, Sang Mangku Nyale

Oleh
Khaerul Anwar
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vaYUGJdcM253Jd9lF7yyZ4yC-IU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2F20180228_BAU-NYALE_C_web.jpg
Kompas/Khaerul Anwar

Pantai Kaliantan di Desa Seriwe, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menjadi tempat menepinya Nyale. Cacing laut ini muncul sekitar dua jam di pemukaan air menjelang azan Solat Subuh hingga menjelang matahari terbit. Karenanya, warga srentak turun ke laut agar bisa menangkap nyale yang nongol dalam waktu rerlatif singkat.

Hanya mengamati gugusan bintang di langit dikaitkan dengan fenomena alam, Selimah (70), bisa menentukan hari โ€˜Hโ€™ Bau Nyale atau tradisi masyarakat menangkap (bau) cacing laut di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kute, Lombok Tengah, sekitar 55 km arah tenggara Mataram, Ibu Kota Nusa Tenggara Barat Karena kemampuannya itu warga sekitar Desa Kute menjulukinya Mangku Nyale.

โ€œIni hujan nyale,โ€ ujar warga Dusun Rangkap I, Desa Kute, Lombok Tengah, Sabtu (4/3), dalam obrolan di sebuah berugak (bale-bale) ketika hujan menyiram sekitar wilayah Pantai Kute. Hujan rintik sekitar 15 menit itu, pertanda musim bau nyale tiba, sehingga disebut โ€˜hujan nyaleโ€™.

Editor:
Bagikan