Iklan
Museum Hidup Rianto
Bagi penari kontemporer Rianto (38), tari bukan sekadar menggerakkan tubuh mengikuti irama. Tari adalah caranya berkomunikasi dengan dunia di luar tubuhnya sekaligus kanal bagi pertentangan-pertentangan dalam dirinya.
”Perkembangan pikiran dan perasaan saya, ditambah metode, membuat karya lebih mudah diekspresikan lewat tari. Apa pun yang terjadi dengan tubuh saya, bisa lebih nyaman diungkap lewat gerakan; mulai dari tangan, badan, rambut, lirikan mata yang membesar dan mengecil,” kata penari yang menggeluti tarian Lengger Banyumasan ini di Jakarta, Senin (15/4/2019).