Warga Miskin Tetap Bertahan di Tengah Keterbatasan
Kemiskinan dan permukiman kumuh bagai mata uang yang tak terpisahkan. Masalah klise ini masih membekap Jakarta.
![Situasi kawasan kumuh dengan latar belakang gedung tinggi di bantara Waduk Pluit, Jakarta Utara, Rabu (19/6/2024). Kemiskinan dan permukiman kumuh masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Masalah ini dikhawatirkan akan menghalangi visi Jakarta menjadi kota global.](https://cdn-assetd.kompas.id/PBPYUxWfGfHTu9MVXGFRlZY6F-w=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F06%2F19%2F15ad5b2d-4999-4f19-97e5-7e63ff6da385_jpg.jpg)
Situasi kawasan kumuh dengan latar belakang gedung tinggi di bantara Waduk Pluit, Jakarta Utara, Rabu (19/6/2024). Kemiskinan dan permukiman kumuh masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Masalah ini dikhawatirkan akan menghalangi visi Jakarta menjadi kota global.
Rohani (53) melayani konsumen yang membeli barang di warung sederhananya di Gang VI, RT 022 RW 017, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, pada Rabu (19/6/2024). Usaha ini ia geluti untuk memenuhi kebutuhannya setelah suaminya meninggal tiga tahun lalu.
Di rumah berukuran 4 meter X 6 meter, Rohani bermukim. Di sana ia tinggal bersama anak yang telah berkeluarga. βKami berbagi ruang karena memang yang ada sekarang hanya ini,β kata Rohani.