lingkungan hidup
Tangsel Lirik Budidaya ”Maggot” untuk Solusi Atasi Sampah Organik
Pemkot Tangsel kini mulai melirik pembudidaya ”maggot” untuk mengatasi persoalan sampah organik. Apalagi, sebanyak 49,71 persen sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F05%2F26%2F3508e006-51eb-4153-9e4f-86460dcc56f3_jpg.jpg)
Kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (25/5/2019).
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten, terus mencari solusi jitu untuk mengatasi persoalan sampah. Selama ini, dua tempat pembuangan akhir sampah yang diandalkan untuk menampung sampah rumah tangga warga Tangsel, yakni Cipeucang di Serpong dan Cilowong di Kota Serang, belum mampu mengatasi sampah rumah tangga, terutama sampah organik. Salah satu upaya alternatif yang sedang dipertimbangkan saat ini adalah dengan budidaya maggot.
Dinas Lingkungan Hidup Tangsel mencatat ada 970 ton sampah setiap harinya dari luasan wilayah 164,85 kilometer persegi tersebut. Dari angka tersebut, persentase sampah organik 49,71 persen. Adapun 50,24 persen merupakan sampah anorganik seta 0,05 berasal limbah B3 rumah tangga.