logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊMenolak Terhanyut dalam...
Iklan

Menolak Terhanyut dalam Pemeringkatan Kota-kota Dunia

Tiap kota punya keunikan, berbeda satu dengan yang lain. Proses menjadi lebih baik hanya bisa diukur berdasar konteks budaya, ekonomi, sosial, dan tradisi di kota itu sendiri. Sikap reaktif semata tak membawa perubahan.

Oleh
neli triana
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/4r2oQiCJ1sLKB3Ti0ScagVwf7T0=/1024x896/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F20200221-OPINI-DIGITAL-6_87494177_1582306860.jpg
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Sepanjang tahun 2020 sampai saat ini, indeks kota-kota dari lembaga resmi di luar negeri dan dalam negeri terus digelar. Berbagai publikasi pemeringkatan kota menjadi selingan informasi untuk ”lari” melepaskan diri sejenak dari kelabunya situasi akibat pandemi Covid-19. Ramai sejenak sebelum lantas kembali mereda, sepi.

Setidaknya ada tiga kali publik jagat maya riuh merespons pemeringkatan kota oleh lembaga asing, saat Jakarta disebut dalam beberapa indeks kota sepanjang 2021. Pada awal Januari lalu, TomTom Index 2020 menempatkan Jakarta pada posisi ke-31 kota termacet di dunia. Pada 2019, Jakarta masih berada pada urutan ke-10 kota paling macet sedunia.

Editor:
gesitariyanto
Bagikan