logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊHarga Bintang Lima untuk Kaum ...
Iklan

Harga Bintang Lima untuk Kaum Papa

Lantaran tinggal di area yang tak terjangkau layanan perpipaan, banyak warga bergantung pada sambungan air ilegal. Tanpa itu, mereka harus menanggung biaya air bersih yang lebih besar.

Oleh
Insan Alfajri / Dhanang David Aritonang / Irene Sarwindaningrum / Andy Riza Hidayat
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5yswn10XKnI5PPORSQbFxo_X7_c=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F20210610_102951_1623311414.jpg
KOMPAS/INSAN ALFAJRI

Salah seorang warga Rawa Elok, Jakarta Utara, menunjukkan dua meteran air miliknya, Kamis (10/6/2021). Meteran air itu dipasang oleh WY, salah seorang pedagang air di tempat itu.

Akses air perpipaan belum menjangkau lahan yang sedang bersengketa. Pemukim di area itu tak bisa menjadi pelanggan perusahaan air minum karena terganjal syarat kepemilikan pajak bumi dan bangunan (PBB). Besarnya kebutuhan warga yang tinggal di kawasan ini menjadi pintu masuk sindikat pencuri air dengan menawarkan sambungan pipa ilegal seperti yang terjadi di Rawa Elok, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.

Warga di sana serba susah. Air tanah di kawasan itu buruk kualitasnya. Sementara jaringan air perpipaan belum masuk karena warga tidak memiliki syarat sebagai pelanggan.

Editor:
Andy Riza Hidayat
Bagikan