logo Kompas.id
β€Ί
Metropolitanβ€ΊSukarelawan Penyelam Berjuang ...
Iklan

Sukarelawan Penyelam Berjuang Bermodalkan Hobi dan Panggilan Moral

Tantangan para penyelam bukan hanya soal jarak pandang dan kondisi bagian tubuh diduga korban yang mudah hancur. Ada risiko yang senantiasa mengintai mereka: dekompresi.

Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/YE0NbKN3gUKfARum3z5Aib3dt-g=/1024x679/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2Fff724a41-46fe-44ba-95ce-6ae503169085_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Tim penyelam TNI AL menemukan serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/1/2021).

Eloknya alam bawah laut mendorong mereka untuk menguasai teknik menyelam. Namun, di waktu-waktu petaka terjadi karena kecelakaan pesawat, hobi mereka menjadi modal untuk mencari korban di laut. Berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu bisa mereka lewatkan tanpa berjumpa keluarga, demi keluarga korban yang berharap keajaiban.

Ajie Oye (58) rehat di atas kasur lipat atau biasa dikenal sebagai veldbed, Senin (11/1/2021) siang, di area JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia baru tiba pada pagi hari dari Makassar, Sulawesi Selatan. Tenda yang menaungi veldbed-nya bakal menjadi ”hotel” bagi pria tiga anak itu hingga berhari-hari ke depan, entah berapa lama waktu pastinya.

Editor:
nelitriana
Bagikan