logo Kompas.id
›
Metropolitan›Meramaikan Perayaan Imlek
Iklan

Meramaikan Perayaan Imlek

Masyarakat Betawi dan Tionghoa sudah lama hidup berdampingan tanpa berjarak, termasuk saat Imlek. Perbedaan latar belakang tak jadi soal untuk bergembira bersama pada pergantian tahun ini.

Oleh
Krishna P Panolih/Litbang Kompas
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/-YEnjaIj1NI4hdaeC8K5leb3VtM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F896f5ac6-2826-4fd4-8936-ce4e6faf1238_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Warga keturunan Tionghoa membakar hio untuk sembahyang awal tahun 2571 di Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Jakarta, Sabtu (25/1/2020). Sembahyang awal tahun merupakan rangkaian perayaan Imlek yang menjadi momentum bagi umat untuk bersyukur atas keselamatan dan rezeki yang didapat tahun lalu serta memohon keselamatan dan limpahan rezeki yang lebih baik di Tahun Tikus Logam ini.

Imlek adalah tradisi pergantian tahun dalam budaya China yang terkait dengan perayaan datangnya musim semi. Lazimnya, tradisi ini dirayakan keturunan Tionghoa di Indonesia. Akan tetapi, sebagian besar warga Jabodetabek juga turut menyemarakkannya.

Kata Imlek berasal dari dialek Hokkian. Kata Im berarti ’bulan’ dan Lek adalah ’penanggalan’. Dalam bahasa Mandarin disebut dengan Yin Li, artinya ’kalender bulan’.

Editor:
agnesrita
Bagikan