logo Kompas.id
β€Ί
Linimasaβ€ΊIndeks Kenormalan, Perbedaan...
Iklan

Indeks Kenormalan, Perbedaan Cara Hidup Sebelum dan Saat Pandemi

Merebaknya varian Omicron turut memengaruhi situasi kenormalan dunia. Kondisi kenormalan dunia dan Indonesia saat ini dapat dipantau dari "normalcy index" yang dibuat "The Economist".

Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
Β· 1 menit baca
Sejumlah staf medis mengambil sampel usap dari seorang polisi di pusat pengujian Covid-19 di Seoul, Korea Selatan (16/2/2022). Lonjakan omicron yang cepat telah membuat para pejabat memperdebatkan apakah negara tersebut harus mempertahankan aturan jarak sosial yang ketat, termasuk pembatasan enam orang pada pertemuan sosial dan pembatasan operasional hingga pukul 21.00 malam di restoran.
AFP/JUNG YEON-JE

Sejumlah staf medis mengambil sampel usap dari seorang polisi di pusat pengujian Covid-19 di Seoul, Korea Selatan (16/2/2022). Lonjakan omicron yang cepat telah membuat para pejabat memperdebatkan apakah negara tersebut harus mempertahankan aturan jarak sosial yang ketat, termasuk pembatasan enam orang pada pertemuan sosial dan pembatasan operasional hingga pukul 21.00 malam di restoran.

Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia kembali bergejolak akibat merebaknya varian Omicron. Penanganan pandemi menyebabkan terbatasnya aktivitas penduduk dunia yang terpantau dari indeks kenormalan global. Melalui indeks ini bisa didapati gambaran seberapa jauh perubahan aktivitas masyarakat sebelum dan ketika pandemi.

Gelombang infeksi Omicron yang melanda dunia terlihat dari penambahan kasus harian Covid-19 sejak akhir Desember 2021. Data Worldometers menunjukkan rata-rata penambahan kasus baru Covid-19 secara mingguan pada 22 Desember 2021 mencapai 931.366 kasus. Jumlah penambahan tersebut melebihi saat gelombang Delta melanda dunia yaitu pada 23 April 2021. Saat itu penambahan kasus harian Covid-19 sejumlah 901.656 kasus.

Editor:
MATHIAS TOTO SURYANINGTYAS
Bagikan