logo Kompas.id
KolomHilirisasi Industri Memerlukan...
Iklan

Hilirisasi Industri Memerlukan Imitasi dan Inovasi

Industri-industri yang ada di negara kita tak perlu malu dan ragu meniru produk-produk buatan negara-negara lain. Namun, peniruannya haruslah yang menghasilkan nilai tambah, tak sekadar menjiplak seperti mesin fotokopi.

Oleh
Budi W. Soetjipto
· 1 menit baca
Presiden Joko Widodo menyambut baik hilirisasi industri bauksit. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang, Batang, diolah bauksit menjadi <i>smelting grade</i> alumina dan ke depan akan dikembangkan menjadi pengolahan aluminium ingot.
BPMI Sekretariat Presiden

Presiden Joko Widodo menyambut baik hilirisasi industri bauksit. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang, Batang, diolah bauksit menjadi smelting grade alumina dan ke depan akan dikembangkan menjadi pengolahan aluminium ingot.

Istilah ”hilirisasi industri” sudah sering kita dengar. Belakangan ini kata-kata tersebut lebih sering disampaikan dan ditekankan oleh para petinggi pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo. Kita semua tentu tahu bahwa negara kita adalah eksportir bahan mentah, bahkan sejak zaman penjajahan. Tak heran, penjajah kita jadi kaya raya karena membeli bahan mentah dengan harga relatif murah dan mengolahnya menjadi barang jadi dengan harga yang (jauh) lebih mahal.

Bahan mentah yang dimaksud di sini adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi. Ada dua kelompok bahan mentah andalan ekspor Indonesia, yaitu hasil perkebunan (utamanya kelapa sawit) dan hasil pertambangan (utamanya batubara). Tak hanya harganya yang relatif murah, bahan mentah harganya amat bergantung mekanisme pasar. Apabila permintaan tinggi, harga meningkat. Sebaliknya yang terjadi ketika permintaan sedang menurun. Tak heran jika nilai ekspornya pun berfluktuasi.

Editor:
HARYO DAMARDONO, ANDREAS MARYOTO
Bagikan