Pria yang mengenakan singlet putih dan bercelana pendek itu tertegun. Untuk sejenak, dia menghentikan aktivitas pekerjaannya. Rupanya, ia tengah khusyuk mengamati proses seekor laba-laba yang sedang membangun sarang di salah satu pojok lembab di dalam ruang kerjanya. Perhatiannya tertuju pada insting dan kegesitan delapan kaki sang laba-laba memintal helai demi helai jaring-jaring sutra yang ukurannya 20 kali lebih tipis dari rambut manusia itu. Sebentuk keindahan, sekaligus jebakan maut yang mematikan.
Eureka!
Djie A Woi, perajin perak legendaris keturunan Kanton ini lega, wajahnya sumringah. Proses itu memberinya janin inspirasi yang kelak menjadi identitas kualitas Kendari Werk. Nama berbahasa Belanda itu merujuk kepada sanggar kerajinan perak prestisius yang dibangunnya secara mandiri di ruko berlantai dua. Letaknya berseberangan dengan Sekolah Cina (sekarang; Akademi Teknik Kendari), di kawasan Kilometer 0-cikal bakal pecinan-Kota Lama Kendari. Sejak 1920-an itu, darinya, nama Kendari turut menikmati kepopulerannya hingga ke mancanegara.