logo Kompas.id
β€Ί
Kesehatanβ€ΊGangguan Kejiwaan...
Iklan

Gangguan Kejiwaan Pasca-Persalinan: Beratnya Menjadi Ibu

Gangguan kejiwaan pada ibu setelah melahirkan masih dianggap masalah sepele. Padahal, dampaknya bagi kesejahteraan ibu, anak, ataupun keluarga sangat besar.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Β· 1 menit baca
Mudirah (33), warga Desa Balaradin, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, yang melahirkan bayi kembar siam berbincang dengan wartawan di RSUD dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (21/8/2021).
KOMPAS/KRISTI UTAMI

Mudirah (33), warga Desa Balaradin, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, yang melahirkan bayi kembar siam berbincang dengan wartawan di RSUD dr Soeselo, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (21/8/2021).

Risiko yang dihadapi ibu hamil dan melahirkan bukan hanya kematian, seperti yang dialami Raden Ajeng Kartini, 118 tahun lalu. Perubahan biologis dan psikologis selama persalinan bisa memicu gangguan mental ibu, mulai dari baby blues, depresi pasca-persalinan, hingga psikosis pasca-persalinan. Namun, kepedulian tentang kesehatan jiwa ibu melahirkan masih rendah.

Masyarakat umumnya hanya mengenal baby blues sebagai gangguan jiwa akibat persalinan. Gangguan ini dialami 80 persen ibu melahirkan dengan gejala utama mudah sedih, mudah tersinggung, hingga menangis tanpa sebab yang jelas. Gejala itu umumnya muncul 2-3 hari sesudah bersalin dan bisa hilang sendiri setelah dua minggu.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan