logo Kompas.id
β€Ί
Kesehatanβ€ΊMenolak Vaksin karena Percaya ...
Iklan

Menolak Vaksin karena Percaya Hoaks

Paparan hoaks dan disinformasi di media sosial membuat sejumlah warga menolak mengikuti program vaksinasi Covid-19. Jika tak ada upaya serius memberantas informasi menyesatkan, pandemi kian sulit diatasi.

Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/IRENE SARWINDANINGRUM/SATRIO PANGARSO WISANGGENI/HARRY SUSILO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dQWDpU5sH7FvLOG874ZvbKDIWzE=/1024x528/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2F79846530-13c1-4a06-8547-1cf404e14048_jpg.jpg
KOMPAS/Rony Ariyanto Nugroho

Seorang vaksinator menyiapkan suntikan saat pemberian vaksin massal bagi aparatur sipil negara pelayan publik Kota Bogor di Gedung Puri Begawan, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid 19 diberikan bagi ASN pelayan publik yang berjumlah total 24.954 orang. Pemberian vaksin tersebut diberikan secara bergelombang selama satu bulan.

Maraknya disinformasi dan penyebaran hoaks secara masif mengaburkan pemahaman masyarakat akan manfaat dan risiko vaksinasi Covid-19. Tidak jarang, informasi yang belum jelas kebenarannya menjadi dasar bagi mereka untuk menentukan keputusan besar dalam hidup.

Nu (32), guru sekolah dasar (SD) swasta di Kota Tangerang, Banten, adalah salah satu warga yang terpapar disinformasi dari media sosial. Akibat informasi yang tidak jelas sumbernya tersebut, Nu secara tegas menolak divaksin. ”Kalau sekolah saya mengadakan vaksinasi Covid-19, saya lebih baik mengundurkan diri!” kata Nu ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa (16/2/2021).

Editor:
Harry Susilo, M Fajar Marta
Bagikan