logo Kompas.id
β€Ί
Kesehatanβ€ΊStigma Sosial Memicu...
Iklan

Stigma Sosial Memicu Diskriminasi

Stigma sosial terkait Covid-19 memicu diskriminasi terhadap para korban. Keterbukaan informasi dan keseriusan dalam layanan kesehatan menjadi kunci mengatasi persoalan ini.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/yT2-trxlOt_qTw3aX0m-cAEx8uo=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F3a5ffd43-61dd-4bf6-83bb-344136982e11_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Lulusan SMK Negeri 4 Surakarta Jurusan Perhotelan dinilai oleh penguji saat mengikuti uji kompetensi di sekolah mereka di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (12/10/2020). Ujian yang digelar oleh lembaga sertifikasi profesi itu baru bisa diikuti murid yang telah lulus tersebut karena tertunda akibat pandemi. Melalui ujian itu, mereka dapat memiliki keunggulan untuk bersaing di dunia kerja.

Stigma sosial terkait Covid-19 telah menjadi problem global, tetapi di Indonesia dampaknya lebih dalam karena belum ada langkah serius untuk mengatasinya. Selain mempersulit upaya untuk memutus siklus penularan, stigma memicu diskriminasi dan berdampak ekonomi terhadap penyintas.

Sebagian penyintas Covid-19 bahkan masih mengalami stigma dan diskriminasi setelah dinyatakan sembuh. Ini, misalnya, dialami Kristin, penyintas Covid-19 dari Mojokerto, Jawa Timur, yang masih dirumahkan dari tempatnya bekerja sekalipun sudah dinyatakan sembuh sejak dua bulan lalu.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan