logo Kompas.id
β€Ί
Kesehatanβ€ΊKetidakpastian Memicu Paranoia
Iklan

Ketidakpastian Memicu Paranoia

Situasi ketidakpastian yang terjadi di tengah pandemi Covid-19 bisa memicu paranoia. Risiko mengalami gejala itu makin tinggi pada seseorang dengan masalah kesehatan mental.

Oleh
Evy Rachmawati
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/V5-U10uvh1GRUnsBAJoSQwYyHAU=/1024x641/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F93aabe24-4902-4931-9bb8-477b3e9b2c1a_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pegawai meninggalkan kompleks Balai Kota Jakarta saat jam pulang kerja, Selasa (16/6/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menerapkan perubahan sif kerja dengan waktu jeda tiga jam dari pukul 07.00 hingga 16.00 pada sif pertama dan pukul 10.00-19.00 sif kedua. Hal itu untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan transportasi umum pada masa PSBB transisi.

Kemunculan pandemi global Covid-19 yang tiba-tiba telah menimbulkan situasi ketidakpastian. Di tengah merebaknya wabah penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru itu di berbagai negara, masyarakat menjadi lebih rentan mengalami paranoia.

Hal itu terungkap dalam studi baru yang dilakukan tim peneliti di Universitas Yale dan dipublikasikan dalam jurnal eLife. ”Ketika dunia kita berubah secara tak terduga, kita ingin menyalahkan ketidakstabilan itu kepada seseorang, untuk membuatnya masuk akal, dan mungkin menetralkannya,” kata Philip Corlett, associate professor psikiatri dan penulis senior studi tersebut.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan