logo Kompas.id
›
Investigasi›Beban Ganda Dokter-dokter di...
Iklan

Beban Ganda Dokter-dokter di Pedalaman

Kisah para dokter di puskesmas-puskesmas daerah terpencil sarat kisah pengabdian kemanusiaan. Mereka menghadapi tantangan ganda, menjadi ujung tombak layanan kesehatan, sekaligus memenuhi kewajiban sebagai dokter.

Oleh
Tim Kompas
· 1 menit baca
Suasana Puskesmas keliling yang digelar Puskesmas Bati di salah satu desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timor, Jumat (24/6/2023). Para petugas Puskesmas harus naik sepeda motor di jalur ekstrem untuk menggelar Puskesmas karena sulitnya akses masyarakat mencapai Puskesmas.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM

Suasana Puskesmas keliling yang digelar Puskesmas Bati di salah satu desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timor, Jumat (24/6/2023). Para petugas Puskesmas harus naik sepeda motor di jalur ekstrem untuk menggelar Puskesmas karena sulitnya akses masyarakat mencapai Puskesmas.

Salah satunya adalah mengumpulkan poin satuan kredit profesi (SKP) untuk memperoleh sertifikat kompetensi. Adapun sertifikat kompetensi dibutuhkan dokter untuk memperpanjang surat tanda registrasi (STR). STR inilah yang dipakai untuk mengajukan surat izin praktik (SIP). Tanpa itu, dokter tidak bisa menjalankan panggilan tugasnya.

Bagi dokter yang tinggal di perkotaan, memenuhi kewajiban itu tentu lebih mudah dibanding dokter yang bertugas di pedalaman. Di Puskesmas Limboro, Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, Dokter Fretsdinand Lengah sedang berpikir keras untuk memenuhi kewajiban itu. STR miliknya bakal berakhir per Oktober 2023. Hingga akhir Juni 2023, nilai SKP dr Dinand, demikian ia biasa disapa, masih kurang sekitar 30 poin. Dia berencana  mengikuti seminar di Manado untuk menambah nilai SKP yang kurang.

Editor:
KHAERUDIN
Bagikan