logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊPrasangka Rasial dan Kultur...
Iklan

Prasangka Rasial dan Kultur Protes di Perancis

Sebenarnya kemarahan pemrotes kali ini bukan semata pada insiden tewasnya Nahel, melainkan mengapa hal semacam ini masih saja terjadi.

Oleh
FRANSISCA ROMANA
Β· 1 menit baca
Penonton memegang spanduk bertuliskan Keadilan untuk Nahel di sepanjang rute etape 1 balap sepeda edisi ke-110 Tour de France, 1 Juli 2023. Bentrok pemrotes dan aparat masih terjadi menyusul protes massa akibat penembakan oleh polisi yang menewaskan remaja bernama Nahel.
AFP/MARCO BERTORELLO

Penonton memegang spanduk bertuliskan Keadilan untuk Nahel di sepanjang rute etape 1 balap sepeda edisi ke-110 Tour de France, 1 Juli 2023. Bentrok pemrotes dan aparat masih terjadi menyusul protes massa akibat penembakan oleh polisi yang menewaskan remaja bernama Nahel.

Sudah lima hari terakhir Perancis dilanda kerusuhan akibat protes massa menyusul tewasnya seorang remaja di tangan petugas polisi. Kematian Nahel M (17), keturunan Afrika utara, mengipasi kemarahan warga soal kekerasan polisi terhadap kaum minoritas dan mengekspos ketegangan rasial di Perancis.

Tak hanya di ibu kota Paris dan kota-kota di pinggirannya, protes juga merembet ke berbagai kota, antara lain Lyon, Marseille, Le Havre, Toulouse, dan Nantes. Kantor berita AFP, Minggu (2/7/2023) atau sehari setelah Nahel disemayamkan di rumah duka di Nanterre, menyebut, sebanyak 719 orang telah ditangkap. Malam sebelumnya, polisi menangkap sekitar 1.300 orang. Setidaknya 45 polisi terluka, 577 kendaraan dan 74 gedung dibakar. Dilaporkan ada 871 titik kebakaran di jalanan dan ruang publik.

Editor:
FRANSISCA ROMANA
Bagikan