logo Kompas.id
›
Internasional›Kuwait, Keterbukaan dan...
Iklan

Kuwait, Keterbukaan dan Tantangan Berdemokrasi

Pemilihan umum untuk memilih anggota Majelis Nasional Kuwait sudah usai. Sejumlah politisi kawakan kembali mengisi kursi parlemen. Tantangannya adalah stabilitas politik.

Oleh
B JOSIE SUSILO HARDIANTO dari KUWAIT CITY
· 1 menit baca
Suasana pusat kota di Kuwait City pada Minggu (4/6/2023) petang.
KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO

Suasana pusat kota di Kuwait City pada Minggu (4/6/2023) petang.

Avenues, mal terbesar di Kuwait dan dunia, pada Rabu (7/6/2023) siang penuh dikunjungi warga. Pesta demokrasi—memilih anggota parlemen atau Majelis Nasional atau Majlis Al-Ummah—yang digelar sehari sebelumnya telah usai. Rabu pagi, warga telah mengetahui hasilnya.

Marzouq Al-Ghanim, mantan Ketua Majelis Nasional tahun 2020; Ahmed al-Saadoun, politisi oposisi veteran yang menjadi Ketua Majelis Nasional tahun 2022; serta Jenan Boushehri, satu-satunya politisi perempuan, ada di antara 50 anggota parlemen baru yang terpilih.

Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan