logo Kompas.id
InternasionalDewa-dewa Perang dan Rakyat...
Iklan

Dewa-dewa Perang dan Rakyat yang Modar

”Di mana para pemimpin? Mengapa para presiden tidak berperang sendiri? Mengapa mereka selalu mengirim rakyat miskin?” Demikian gugatan System of A Down, band metal asal Amerika Serikat, terhadap ironi perang.

Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
· 1 menit baca
Dua tentara Ukraina sedang berada di dalam parit di salah satu lokasi di sekitar garis depan pertempuran di wilayah timur Ukraina, Jumat (8/7/2022). Perang Ukraina-Rusia di garis depan lebih banyak diwarnai dengan pertempuran artileri dan serangan udara. Para prajurit menggunakan parit untuk berlindung dari serangan artileri.
KOMPAS/HARRY SUSILO

Dua tentara Ukraina sedang berada di dalam parit di salah satu lokasi di sekitar garis depan pertempuran di wilayah timur Ukraina, Jumat (8/7/2022). Perang Ukraina-Rusia di garis depan lebih banyak diwarnai dengan pertempuran artileri dan serangan udara. Para prajurit menggunakan parit untuk berlindung dari serangan artileri.

Bagi elite, perang adalah keputusan politik. Sementara, bagi rakyat, perang adalah tragedi kemanusiaan dan malapetaka peradaban dalam bentuknya yang paling buruk. Paradoks ini tampaknya selalu menjadi karakter perang sepanjang sejarah manusia. Perang Irak pada 2003-2011 dan perang Rusia-Ukraina yang mulai berkobar pada 24 Februari 2022 adalah contohnya. Berjarak hampir dua dekade, kedua perang menampilkan paradoks itu.

Pada perang Irak, berbekal narasi bahwa Saddam Hussein sedang mengembangkan proyek senjata pemusnah massal atau weapons of mass destruction (WMD) yang membahayakan dunia, AS bersama sekutu menginvasi Irak. Merujuk penelitian berjudul ”Partisipasi Sekutu dalam Operasi Pembebasan Irak” yang disusun Stephen A Carney dari Pusat Sejarah Militer Angkatan Bersenjata AS pada 2011, sekutu yang dimaksud mencakup 37 negara. Di antaranya adalah Inggris, Australia, Denmark, Polandia, dan Ukraina.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan