logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊRessa dan Rappler Terus Jadi...
Iklan

Ressa dan Rappler Terus Jadi Sasaran Pembungkaman

Keputusan SEC Filipina untuk menutup Rappler, media yang salah satunya didirikan oleh peraih Nobel Perdamaian Maria Ressa, mendapat kritikan banyak pihak. Kebebasan pers di FIlipina semakin terancam.

Oleh
MAHDI MUHAMMAD
Β· 1 menit baca
Maria Ressa, jurnalis dan Pemimpin Redaksi Rappler Filipina (kiri bawah) dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian 2021 oleh Komite Nobel Norwegia, dalam pengumuman Jumat (8/10). Ressa, bersama dengan pemred surat kabar independen Rusia Novaya Gazeta, Dmitry Andreyevich Muratov, dinilai berani dalam menjaga kebebasan berekspresi melalui karya jurnalistik mereka di tengah situasi demokrasi dan kebebasan pers dunia yang semakin memburuk.
KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD

Maria Ressa, jurnalis dan Pemimpin Redaksi Rappler Filipina (kiri bawah) dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian 2021 oleh Komite Nobel Norwegia, dalam pengumuman Jumat (8/10). Ressa, bersama dengan pemred surat kabar independen Rusia Novaya Gazeta, Dmitry Andreyevich Muratov, dinilai berani dalam menjaga kebebasan berekspresi melalui karya jurnalistik mereka di tengah situasi demokrasi dan kebebasan pers dunia yang semakin memburuk.

MANILA, RABU – Harapan untuk adanya perubahan dalam kebijakan pemerintah terhadap media di Filipina, masih sangat suram. Komite Sekuritas dan Bursa Filipina, Selasa (28/6/2022), menegaskan pencabutan lisensi Rappler, media yang didirikan dan dikelola oleh pemenang Nobel Perdamaian Maria Ressa, karena melanggar larangan kepemilikan asing.

Manajemen Rappler menolak keputusan itu dan akan mencoba melakukan upaya hukum melawan penutupan, yang dilakukan sehari sebelum Presiden Rodrigo Duterte lengser dari kursi kekuasaannya.

Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan