logo Kompas.id
InternasionalTerbelenggu ”Lockdown” di...
Iklan

Terbelenggu ”Lockdown” di Shanghai, Pekerja di China Menanti Ujung Mimpi Buruk

Kebijakan penguncian wilayah (”lockdown”) di Shanghai membuat nasib para pekerja terkatung-katung tanpa pekerjaan dan tempat untuk tinggal. Mereka memikul salah satu dampak kebijakan ”nol Covid” Pemerintah China.

Oleh
LUKI AULIA
· 1 menit baca
Seorang perempuan, dengan memakai baju pelindung khusus, berdiri di pinggir salah satu ruas jalan di Distrik Jing'an yang tengah diberlakukan penguncian wilayah (<i>lockdown</i>) di Shanghai, China, Rabu (25/5/2022).
AFP/HECTOR RETAMAL

Seorang perempuan, dengan memakai baju pelindung khusus, berdiri di pinggir salah satu ruas jalan di Distrik Jing'an yang tengah diberlakukan penguncian wilayah (lockdown) di Shanghai, China, Rabu (25/5/2022).

Ketika Shanghai mulai memberlakukan kebijakan pembatasan total atau penguncian wilayah (lockdown) terkait dengan pandemi Covid-19, dua bulan lalu, restoran Perancis tempat Sun Wu (22) bekerja ditutup. Akibatnya, Sun kehilangan pekerjaan, seperti banyak pekerja dari perdesaan lain yang mencari nafkah di Shanghai.

Untuk memenuhi kebutuhan, Sun membantu menyortir kiriman pemerintah bagi masyarakat yang harus menjalani penguncian wilayah. Dari pekerjaan sementara itu, ia mendapatkan upah 38 dollar AS atau sekitar Rp 550.000 sehari dan ia harus pindah dari asrama, lalu tinggal di gudang tempatnya bekerja, sesuai aturan pemerintah terkait Covid-19.

Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI
Bagikan