logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊBeban Berlipat Perempuan...
Iklan

Beban Berlipat Perempuan Pengungsi

Hidup sebagai pengungsi susah. Hidup sebagai perempuan pengungsi lebih susah lagi. Kekerasan berbasis jender mengintai.

Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
Β· 1 menit baca
Seorang relawan dari Inggris, David Fricker (kedua dari kiri) menyerahkan boneka - dari ribuan mainan yang didonasikan oleh anak-anak Inggris melalui prakarsa Teddy Busz - pada seorang anak Ukraina yang tiba di Stasiun Zahony, perbatasan Ukraina-Hongaria pada Sabtu (9/4/2022) untuk mengungsi.
AFP/CHRISTOPHE ARCHAMBAULT

Seorang relawan dari Inggris, David Fricker (kedua dari kiri) menyerahkan boneka - dari ribuan mainan yang didonasikan oleh anak-anak Inggris melalui prakarsa Teddy Busz - pada seorang anak Ukraina yang tiba di Stasiun Zahony, perbatasan Ukraina-Hongaria pada Sabtu (9/4/2022) untuk mengungsi.

Sudah terusir dari tanah air, perempuan pengungsi dari Ukraina menghadapi kerentanan terkena jerat kekerasan domestik dan rumah tangga di tempat pengungsian. Sebuah momok yang terjadi kepada perempuan yang kehilangan tempat tinggal secara global selama bertahun-tahun. Kekerasan berbasis jender maupun KDRT menjadi penyakit yang semakin terkuak di hadapan masyarakat. Pertanyaannya ialah maukah pemerintah dan publik melakukan sesuatu untuk menanganinya.

Fakta terbaru mengenai ancaman terhadap perempuan pengungsi Ukraina itu terungkap melalui liputan surat kabar Inggris, Daily Mail. Mereka melakukan penyelidikan terhadap program bantuan pengungsi di negara tersebut yang bernama Homes for Ukraine.

Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan