logo Kompas.id
β€Ί
Internasionalβ€ΊDianalogikan "Kolesterol", PBB...
Iklan

Dianalogikan "Kolesterol", PBB Perlu Direformasi

PBB dan khususnya peran Dewan Keamanan PBB dianggap tidak mewakili dunia. Badan itu dinilai gagal mencegah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, dan sebelumnya Amerika Serikat ke Irak pada 2003.

Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
Β· 1 menit baca
Wakil Tetap Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyampaikan pernyataan dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB yang membahas konflik Gaza-Israel di Markas Besar PBB, New York, AS, 30 Mei 2018. Keberadaan hak veto yang melekat DK PBB menjadi salah satu hal utama yang dikritisi dan dianggap harus direformasi.
EDUARDO MUNOZ ALVAREZ/GETTY IMAGES/AFP

Wakil Tetap Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menyampaikan pernyataan dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB yang membahas konflik Gaza-Israel di Markas Besar PBB, New York, AS, 30 Mei 2018. Keberadaan hak veto yang melekat DK PBB menjadi salah satu hal utama yang dikritisi dan dianggap harus direformasi.

Dibentuk untuk mengakomodasi beragam upaya damai, perjuangan keadilan dan keadilan, serta ketertiban dan kesejahteraan dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus bergulat untuk mewujudkannya. Perang Rusia-Ukraina mencuatkan kembali desakan tentang perlunya reformasi PBB khususnya peran Dewan Keamanan atau DK PBB yang dianggap tidak mewakili dunia saat-saat ini.

Terbaru, PBB juga dinilai gagal mencegah invasi Rusia ke Ukraina yang mulai dilakukan pada 24 Februari 2022. Situasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan sebagai dampak veto dan dominasi atau hegemoni negara-negara besar membuat PBB disinyalir kurang mampu 'leluasa' bergerak dan bertindak.

Editor:
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
Bagikan