Geopolitik
Penutupan Selat Bosporus, Dampak dan Keuntungan
Krisis di Ukraina mendorong Turki mengambil langkah pencegahan eskalasi. Ankara memutuskan menutup Selat Bosporus dan Dardanela untuk semua kapal perang.
![Kapal tanker SCF Samotlor pada Selasa (1/3/2022) berlayar melintas di bawah Jembatan Yavuz Sultan Selim yang membentang di atas Selat Bosporus. Tanker itu berangkat dari Pelabuhan Novorossiysk di Rusia.](https://assetd.kompas.id/AOKIvrohRzBcxEHzd35vFvwRY8E=/1024x683/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F04%2F2b3d8e73-06bd-429e-98d5-02fbfd6e2b56_jpg.jpg)
Kapal tanker SCF Samotlor pada Selasa (1/3/2022) berlayar melintas di bawah Jembatan Yavuz Sultan Selim yang membentang di atas Selat Bosporus. Tanker itu berangkat dari Pelabuhan Novorossiysk di Rusia.
Turki akhirnya pada hari Selasa (1/3/2022) menutup Selat Bosporus dan Dardanella untuk semua kapal perang milik negara-negara yang bertepi ke Laut Hitam maupun yang tidak bertepi ke Laut Hitam. Sebagai catatan, ada enam negara yang bertepi di Laut Hitam, yaitu Rusia, Ukraina, Bulgaria, Romania, Georgia, dan Turki.
Selat Bosporus dan Dardanella dinilai sangat strategis karena menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 4 dengan judul "Penutupan Selat Bosporus, Dampak dan Keuntungan ".
Baca Epaper Kompas